Proses daur ulang sampah adalah penjaga kelestarian alam.
Sebenarnya sampah bukanlah limbah, melainkan sumber daya
bahan baku untuk proses daur ulang yang menghasilkan humus
atau kompos, pupuk ciptaan alam pelindung / pembangun
kesuburan tanah. Terus berputarnya siklus daur ulang alam
yang merupakan kunci keselamatan bumi, sebenarnya menjadi
tanggung jawab manusia di lingkungannya masing-masing.
Sehingga sampah menjadi tanggung jawab kita semua untuk
mendaur ulangnya menjadi kompos demi keselamatan bumi.

Para ahli pertanian yakin bahwa kunci dari tanaman yang sehat
adalah tanah yang sehat pula. Tanah yang sehat adalah tanah
yang kondisi fisik, kimia dan biologinya baik, tanpa faktor
penghambat yang berarti. Kondisi biologis yang baik berarti
mempunyai populasi organisme tanah optimal dalam ekosistem
biologis yang sehat seimbang, yang dijamin oleh kadar bahan
organik tanah optimal + 5%. Mungkin kita akan berfikir 2 x
untuk mengkonsumsi barang-barang yang tidak bersahabat
dengan lingkungan, setelah kita mengetahui bahwa waktu yang
dibutuhkan untuk menghancurkan sampah adalah sebagi berikut
:
Jenis Sampah |
Lama Hancur |
Kertas |
2-5 bulan |
Kulit Jeruk |
6 bulan |
Doos Karton |
5 bulan |
Filter Rokok |
10-12 tahun |
Kantong Plastik |
10-20 tahun |
Kulit Sepatu |
25-40 tahun |
Pakaian/Nylon |
30-40 tahun |
Plastik |
50-80 tahun |
Alumunium |
80-100 tahun |
Styrofoam |
tidak hancur |
Dengan melihat tabel diatas maka tidak
ada salahnya kalau kita mulai dari rumah kita masing-masing untuk
mengurangi sampah yang tidak dapat dipergunakan semaksimal mungkin.
Salah satu caranya adalah dengan mendaur ulang sampah yang dapat
dimanfaatkan.
Daur ulang adalah penggunaan kembali material / barang yang
sudah tidak digunakan untuk menjadi produk lain. Selain
berfungsi untuk mengurangi jumlah sampah yang harus dibuang ke
tempat pembuangan akhir (TPA). Daur ulang bermanfaat memenuhi
kebutuhan akan bahan baku suatu produk. Dan dari segi penggunaan
bahan bakar adanya daur ulang dapat menghemat energi yang harus
dikeluarkan suatu pabrik.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk daur ulang : Pemisahan.
Pisahkan barang-barang / material yang dapat didaur ulang dengan
sampah yang harus dibuang ke pembuangan sampah. Pastikan
material tersebut kosong dan akan lebih baik jika dalam keadaan
bersih. Penyimpanan. Simpan barang / material kering yang sudah
dipisahkan tadi ke dalam boks / kotak tertutup tergantung jenis
barangnya, misalnya boks untuk kertas bekas, botol bekas, dll.
Jika akan membuat kompos, tumpuk sampah rumah tangga pada lokasi
pembuatan kompos. Pengiriman / Penjualan Barang yang terkumpul
dijual ke pabrik yang membutuhkan material bekas tersebut
sebagai bahan baku dijual ke pemulung.
Secara garis besarnya, sampah dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
I. Sampah An Organik Sampah tidak
mudah hancur / lapuk bukan berupa cairan & gas dan sering disebut
sebagai sampah kering. Sampah an organik dibedakan menjadi 2 bagian
yaitu :
a. Barang lapuk. Barang yang dapat di daur ulang
kembali dalam keadaan bersih dan tidak rusak, mempunyai nilai ekonomis
tinggi. Contoh : Logam, besi, kaleng, plastik, karet, dll.
b.
Bukan barang lapuk Sampah an organik yang
betul-betul rusak dan tdk dapat diperjualbelikan sehingga tidak memiliki
nilai ekonomis.
II. Sampah Organik Sampah yang
mudah lapuk / hancur, bukan berbentuk cairan / gas dan sering disebut
sampah basah. Sampah organik terdiri dari 3 bagian :
a. Sampah organik segar, seperti : sampah dapur, kebun, pasar dan restoran.
b. Sampah organik oleh seperti : kertas, kardus, dll.
c. Sampah organik pilihan untuk daur ulang menjadi
kompos dipilih sampah organik yang segar dan lunak tidak termasuk yang
keras dan berbentuk basah seperti sisa sayuran, rempah-rempah & sisa
buah.
III. Sampah Berbahaya Sampah yang
harus ditangani secara khusus untuk menetralisir akibat pencemaran.
Sampah ini harus dipisahkan dari yang lainnya sehingga proses daur
ulang lebih cepat dan menghasilkan produk yang bebas dari bahan
berbahaya. Contoh: pecahan kaca & gelas, sisa bahan kimia,
baterai, botol obat nyamuk & paku.
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN (B3)
Limbah B3 banyak terdapat disekitar kita
misalnya obat nyamuk/ pestisida, oli bekas, sisa tinta, batu
baterai, dll. Jika limbah ini dibuang dalam TPA yang tidak
dilengkapi persyaratan khusus maka racun yang ada dalam limbah
tersebut dapat meresap ke tanah dan mencemari air tanah maupun
tanaman yang akan dikonsumsi manusia. Oleh sebab itu, pisahkan
limbah B3 dari sampah lain.

Bagaimana meminimalkan timbunan sampah? Menggunakan barang
seefisien dan semaksimal mungkin. Contohnya : Penggunaan plastik
pembungkus selama dapat digunakan kembali. Pergunakan botol lama
tanpa harus membeli baru. Memperbaiki perabot lama dengan cara
memberi design baru dengan upaya pemakaian kembali. Sadar dan
cinta akan lingkungan dan memahami berbagai permasalahan dan
cara mengatasinya sangat penting.
PEMBUATAN KOMPOS RUMAH TANGGA
Prinsip pengomposan Sampah rumah tangga mengandung bahan organik
+ 75%. Proses pengomposan menyesuaikan diri dengan tersedianya
bahan baku, yang tidak sekaligus terkumpul dalam jumlah besar,
melainkan sedikit demi sedikit setiap hari. Kondisi ini seperti
terjadi di alam di lantai hutan, dimana sisa-sisa organik jatuh
keatas tanah selapis demi selapis sampai menjadi tebal.

Proses perombakan-fermentasi organisme tanah terjadi dari
bawah merambat ke atas mengejar bahan baku yang baru jatuh,
diikuti terbentuknya humus dari bawah ke atas pula. Kecepatan
pengomposan sangat tergantung a.1. pada komposisi bahan baku,
perbandingan kadar C (bahan berserat tinggi) dengan kadar N (jenis
kacangan, pupuk kandang, dsb.). Untuk bahan baku kompos yang
optimal perbandingan C/N = + 30, hasil akhir humus atau kompos
yang matang C/N = 12-15 Cara dan Alat Membuat kompos yang
sebenarnya mudah dan sederhana, tetapi karena lokasinya di
pekarangan rumah harus bebas dari polusi bau, lalat, binatang
berbahaya dan bebas dari gangguan ayam, anjing, kucing, dsb.
Apalagi sisa-sisa organik tidak terkumpul sekaligus tetapi
berangsur setiap hari dari buangan dapur dan kotoran pekarangan.
Untuk pembuatan kompos di pekarangan rumah, dibutuhkan dua macam
wadah :
1. Wadah besar, penampung bahan baku dan tempat
terjadinya proses pengomposan, yang disebut "Komposter" dan
ditaruh di pekarangan di tempat teduh.
2. Wadah kecil berupa
ember plastik kecil bertutup, tempat penampungan sementara sisa
organik dapur.
Alat Komposter paling praktis dan aman adalah alat yang
direkomendasikan STU Campbell (buku "let It Rot", Storey Books,
Vermont 1998) untuk dipakai di pekarangan rumah. Komposter ini
dibuat dari drum bekas 200 liter, dinding atas dibuang, dan
dinding dasar pada tengahnya dilobangi untuk dapat dimasuki pipa
PVC 3-4 inci, yang juga berfungsi drainase. Pada pipa PVC
berjarak 5 cm dibuat lobang (bor) sepanjang empat sisinya. Drum
dipasang berdiri, diberi ganjal 2-3 lapis batu bata. Pipa PVC
dimasukkan ke lobang dasar, sampai ujung bawah menyentuh tanah
dan ujung atas menonjol keatas drum + 10 cm, menembus
tengah-tengah tutup tambahan (bisa dibuat dari tripleks). Ember
Kecil Ember plastik 5 l - 10 l yang ada tutupnya, disediakan
khusus untuk penampungan sementara (1-2 hari) sisa organik dapur
dan selalu ditaruh di dapur dalam keadaan tertutup.

Cara Kerja
Komposter (drum) ditaruh di pekarangan di tempat teduh.
Sebaiknya dibuatkan tutup atas dari tripleks yang tengahnya
berlobang tempat munculnya pipa PVC. Setiap kali pembersihan
halaman, kotoran berupa rontokan daun, potongan pagar rumput,
dll dimasukkan ke dalam komposter, diratakan, sedikit dipadatkan
dan diatasnya ditaburi selapis kotoran ternak lama, kompos baru
atau setengah matang, tanah subur hitam, dsb. sebagai starter
penambah N dan organisme tanah.
Kalau terlalu kering diberi air
agar lembab dan ditutup untuk mencegah dari hujan berlebihan,
terik matahari dan pencemaran lalat. Untuk memudahkan didekat
komposter disediakan wadah berisi starter (kotoran ternak, dll)
yang selalu ditutup. Setiap satu atau dua hari sekali, kotoran
dapur dalam ember kecil yang sudah penuh, juga dimasukkan,
diratakan dan dilapisi starter.
Demikian pengisian dilakukan setiap kali terkumpul sisa
organik atau kotoran dapur baru, sampai komposter penuh, yang
memakan waktu 1 bulan - 2 bulan untuk keluarga sedang. Setelah
penuh, ditutup dan dibiarkan tidak dibalik-balik selama + 1
bulan yang diperkirakan pengomposan sudah selesai menjadi matang
berupa kompos berwarna hitam, remah dan berbau segar. Komposter
dikosongkan, isinya diangin-anginkan, langsung dapat
dipergunakan sendiri atau disaring (saringan kawat kasa)
dibungkus dan dijual.

Proses pengomposan terjadi sejak awal
bahan organik dimasukkan, dan merambat keatas mengikuti bahan
organik baru. Disini akan terjadi proses fermentasi panas oleh
bakteri termofilik, karena suhu dapat meningkat didalam
komposter tertutup, yang juga berguna membunuh bibit hama-
penyakit dan gulma. Komposter I yang sudah penuh dan sedang
dalam proses pemasakkan, digantikan komposter II yang sudah
disiapkan dan nanti setelah komposter I selesai dokosongkan,
disiapkan untuk menggantikan komposter II bila sudah penuh, dst.

Sisa organik dapur terdiri dari potongan / kulit sayuran,
kulit buah lunak, daun pembungkus, kertas, sisa lauk-pauk,
dipisahkan dari sisa / sampah non organik. Sisa dapur tersebut
dimasukkan kedalam ember kecil dan yang non organik ditampung
dalam wadah lain untuk dibuang di bak sampah. Setiap kali
memasukkan sisa organik dapur yang mudah busuk (sisa lauk-pauk),
diatasnya langsung ditaburi selapis serbuk gergaji halus
rapat-rapat. Maka di dapur selalu disediakan serbuk gergaji
halus dalam wadah khusus. Ember kecil harus selalu ditutup rapat
dan biasanya dalam 1-2 hari sudah penuh, lalu langsung dibawa ke
kebun dimasukkan ke dalam komposter, dan ditaburi selapis
starter diatasnya.
Agar ember plastik tidak kotor, sebaiknya
dilapisi kantong plastik sehingga sisa organik dapur yang mudah
busuk dapat ditampung dengan aman dan rapat. Apabila dapat
terwujud setiap rumah tangga mau dan mampu mendaur ulang sampah
organik pekarangan, dan dapurnya menjadi kompos, maka sampah
rumah tangga yang dibuang tinggal sedikit dan tidak menimbulkan
polusi lingkungan.
Sampah yang dibuang tinggal berupa limbah
non-organik seperti barang-barang bekas plastik, kaleng, besi,
dll dan sedikit limbah organik keras seperti barang-barang bekas
dari kayu, bambu, kardus, kulit buah keras dan kebanyakan
barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan lewat para pemulung.
Dengan cara ini hampir semua bahan organik dapat didaur ulang
sehingga masalah sampah kota dapat diatasi secara sehat dan
mendukung keselamatan bumi.

Tinggal satu hal, dimana manusia
belum berhasil menyambung siklus daur ulang yang terputus, yaitu
masalah kotoran (taeces) dan urine manusia karena masih
terbentur pada masalah budaya.
Sumber http://id.merbabu.com/artikel/sampah.html